Ku sambut embun pagi dengan senyumku saat mentari masih malu-malu bersinar di ufuk timur. Aku menghampiri ibu dan nenek ku yang asik di dapur membuat sarapan pagi untuk kami semua. Ah..ternyata aku kesiangan. Untunglah saat itu aku sedang ada tamu (girl thing) Kalau di kota kelahiranku, jam setengah 6 pagi terbilang sudah siang. Kalau ketauan nenek aku suka bangun dan solat subuh kesiangan di kosan, bisa diomelin habis-habisan, dan dibilang 'subrang' artinya subuh beurang. Subuh itu ya subuh, beurang itu siang, jadi subuh yg kesiangan. Hehe Ibu dan nenek ku biasa bangun sebelum adzan subuh berkumandang.
Teh manis yang ada di meja makan dan lapisan roti serta jajanan pasar seperti awug, bandros, surabi sudah tersedia disana. Waaah tak sabar aku melahapnya. Maklumlah, udah lama gak pulang ke kampung halaman. Setelah aku merapikan tempat tidurku dan ke kamar mandi untuk membersihkan muka dan menggosok gigiku, aku lalu meluncur ke meja makan ku. Kalau sudah bertemu dengan makanan ini, aku lupa akan tubuhku yg sebenarnya semakin lama semakin tidak kondusif 😕. Tapi kapan lagi menikmati makanan yg enak ini di suasana yg mendukung juga. Setelah itu aku menghampiri nenek dan ibuku ke dapur dan membantu mereka memasak. Aku senang tak pernah melewatkan moment ini, karena di Tangerang aku hanya bisa masak sendiri di kosan. Mungkin menu yang dimasak sama, tapi suasana memasak dan rasa pasti beda 😅
Hari itu aku merapihkan kamarku, dan tak sengaja aku menemukan potret masa remajaku. Masa-masa waktu lagi ngalamin cinta pertama, cinta monyet. Dan beberapa buku diary yg tulisan nya benar-benar alay. Duh! 😖
Aku menemukan satu tulisan yg mengingatkanku pada seseorang yg katanya dulu menyukai saya, sangat mencintai saya dan kota Bandung. Dia bilang aku hidupnya, nyaman nya di kota Bandung lengkap karena ada saya. Tapi finally kita teh devorce yah..unfortunately..
Cinta pertamaku juga berawal waktu SMA, pertama menjalin cinta monyet dengan teman satu sekolah, Cinlok ceritanya. Kemana mana selalu berdua, main ke curug, bukit, alun-alun Bandung, Braga, belanja di Kepatihan, pokoknya mah jadi anak gaul Bandung. Sampai akhirnya putus dan aku jomblo. Satu hari aku punya pacar lagi, dia lebih dewasa dan setia dari pacar sebelumnya. Menikmati Bandung dan Cimahi bersama dia aku rasa lebih bermakna. Sampai kita sempat ke luar kota bareng, membandingkan kebersamaan di Bandung dengan kota lain sangat jauh lebih asyik di Bandung.
Sampai akhirnya Februari 2012 aku dimutasi ke kota lain dari kantor. Sangat sedih waktu itu, pamit sama kedua orang tua dan keluarga tercinta. Sempat meneteskan air mata juga, karena harus LDR sama mereka. Sebelumnya aku pamitan sama teman2 di rumah, sama...nangis juga waktu itu. Rasa cinta aku sama mereka baru terasa saat itu, saat aku terpaksa harus meninggalkan mereka.
19 (sembilan belas) tahun di kota ini, tapi seperti baru setahun aku disini..karena masih banyak yang belum terjamah olehku dari Bandung, tapi cukup membuat mengerti seperti apa kota ini. Still too young to left this town. But enough to get what mean this town for. Still not enough to see how amazing this town. But enough to understand this town is designed for. Im always proud of my self, to be Sundanese.. I was born here.. get education, best friend, friends, boyfriend, and many more.
Bagiku Bandung bukan hanya kota kelahiran, bukan hanya nama tempat. Tapi tempat mendapatkan sebuah rasa, berbagi rasa, mendapat cerita, berbagi cerita, kisah klasik yang sudah tercipta biasanya ku tuangkan di sudut kota lewat sebuah karya. Cinta pada Bandung bukan hanya untuk orang tua, keluarga, dan sahabat. Tapi pada kisah dan seseorang yang telah membuat hati dan hidup lebih berwarna--
Hingga detik ini.. aku masih akan selalu Cinta Bandung beserta isinya.. Satu hal yang harus orang lain tau.. dimanapun saya sekarang mencari ilmu kembali atau mencari ladang harta dan pahala, surga saya tetap di kota kelahiran saya, Bandung. Because Im In Love with Bandung--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
coment here