31 Desember 2019
Aku akhirnya mengakhiri masa kerjaku selama 9 tahun demi cita-cita menjadikan anak laki-lakiku Soleh. Setidaknya kalau ada kerjaan baru yang akan kuambil nanti, gajihnya lebih besar, karena selama ini aku berfikir gajiku hanya abis untuk ongkos dan jajan di kantor, sisa dari gajiku hanya 100-200 ribu. Itupun akhirnya aku pakai untuk belanja online baju anak/mainan/keperluan lain untuk keluarga atau kadang buat kulineran sama suami.
Hari demi hari, aku mulai merasa jenuh, ternyata seperti ini rasanya. Apalagi anakku masih di Bandung di tempat neneknya saat aku pertama menjadi IRT full. Hanya sendirian di rumah, mau rapih-rapih rumah, tapi entah kenapa malas banget. Mau masak, yang dimasakin pulangnya malem. Mandi pun kadang siang. Cuaca pun mendukung, karena lagi musim hujan. Enak sekali untuk berpelukan seharian dengan kasur dan bantal yang posesif.hehe
Ingin sekali rasanya bangun subuh, lalu bisa langsung masak, nyuci, rapih-rapih rumah, sarapan lalu lanjut rapih-rapih lagi rumah sampe sore. Mungkin rumahku udah berubah jadi kaya hotel hehe Tapi yang terjadi aku kangen terus sama anak, kayanya ga semangat kalo kita ga tau anak kita udah makan atau belum, anak kita lagi apa. Aku yakin, nanti kalau ada anakku, dia jadi penyemangat aku di rumah, ada yang bisa aku ajak main, curhat, ketawa, nonton dan lainnya.
Tidak mudah ternyata jadi IRT full, rumah berantakan suka merasa bersalah, kenapa rumah masih bisa ga rapih yah? Padahal aku di rumah seharian. Kenapa baju kotor masih banyak aja? Kenapa baju untuk di setrika masih juga banyak? Kenapa dapur ga rapih dan lainnya. Tapi aku cuma mau fokus sama anakku. Karena selama ini dia aku bawa ke kantor dan kadang belum sarapan. Masih bayi dan ia harus naik motor sama aku berangkat ke kantor. Aku tinggal sama pengasuh dan ga bisa selalu aku monitor karena ga enak mau nanya ini itu, serba salah. Akhirnya aku pikir, lebih baik aku yang jaga, apa yang dia makan aku tahu, apa yang dia lakukan, aku tahu. Meskipun minimnya aku ga punya sosialisasi lebih baik lagi sekarang. Biasanya setiap hari aku ada di sekitar public. Selama 9 tahun bekerja aku jarang cuti panjang. Paling lama 5 hari, itupun waktu menikah/mudik ke luar kota. Baru dua Minggu aku jadi IRT sudah sejenuh ini, apa kabar IRT diluar sana yang belum punya anak dan harus tinggal bersama mertua? Sabar nya harus kuat. Apalagi aku tipe nya ga betahan di rumah. Kadang jam 2 udah pulang kantor, aku masih pengen keluar lagi untuk sekedar nongkrong kere. Eh kece maksudnya. 😁
Jadi ibu rumah tangga bukan hanya sekedar mengurus anak dan rumah, tapi melatih perasaan agar tidak cepat cemburuan, melatih tentang kepercayaan. Pasalnya aku tuh juga orang nya seneng ngobrol, meskipun cuma ngobrolin kerjaan atau ekspetasi lain di awal bulan sama temen kantor. Sekarang aku cuma bisa ngobrol sama alat dapur, cucian, setrikaan, mainan anak dan anak tentunya.
Membahas soal rekan di kehidupan kita, sudah pasti rekan aku sekarang yang terdekat hanya suami. Suami ku kerja di maskapai penerbangan. Tahun lalu bulan April, dia dipindah tugas ke bagian maskapai lain dengan jam kerja shifting dan rekan kerja nya pun sebagian besar aku tahu udah berkeluarga. Lot pekerjaan yang penuh membuat dia fokus sama kerjaan. Ga ada ngobrol sama rekan kerja, main game, apalagi untuk merokok ke luar ruangan. Karena sekarang dia udah ga ngerokok. Aku bersyukur sebenarnya, karena dia nggak harus ada main sama wanita lagi. Tapi jam kerja dan lot kerjaan yang menguras tenaga, akhirnya dia awal bulan ini mengajukan pindah ke kantor yang dulu. Entah kenapa...perasaan aku campur aduk, aku senang karena suamiku setiap hari akan tidur di rumah. Tapi di sisi lain, keadaan di kantor yang rekan kerjanya seperti itu, membuat perasaan ini nggak karuan. Aku hanya berdoa semoga kembalinya suamiku ke kantor yang dulu bisa membuat dia bersyukur bahwa ini juga salah satu doa istrinya agar suaminya tidak berat memikul beban. Semua teman kantor nya cantik, modis, sarjana, pintar. Sedangkan aku hanya lulusan SMK yang Kuliahnya juga entah gimana. Aku hitam, ga modis, jerawatan dan hanya memakai daster di hari-hari ku. Aku harus membuat stok sabar yang sangat banyak untuk kedepan. Bertahan dalam posisi baru sebagai IRT full untuk sementara. Semoga Allah mendengar doaku, aku ingin punya karir cemerlang sebenarnya, untuk dapat menabung biaya anak masuk sekolah. Setidaknya aku ada gunanya untuk anakku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
coment here