♥rkavkavianty♥

assalamu alaikum

Senin, 25 April 2011

Mengharap Ridha Allah swt

Di sebuah desa, hiduplah si fakir bersama istri dan anak-anaknya. Mereka hidup dalam kemiskinan dan sudah tiga hari lamanya mereka tidak makan. Sungguh keadaan mereka sangat menyedihkan. “Ah, tidakkah kau lihat anak-anak berwajah pucat dan resah?” keluh si istri kepada suaminya. “Mereka tidak sabar menahan lapar seperti kita.”

“Demi Allah! Aku sudah berkeliling untuk mencari siapa yang menjualku seharga dua perenam dirham buat makanan anak-anak kita. Tapi tak seorang pun yang kudapati, sampai hatiku merasa panas.” sahut si suami.

“Ambillah cadarku dan jual ke pasar berapapun saja harganya, lalu belikan makanan buat mereka.” ujar si istri. Sang suami mengangguk setuju sambil melirik kepada cadar yang diulurkan itu. Kemudian ia mengambilnya dan dijual ke pasar, dengan harga sebesar dua dirham.

Tetapi, ketika ia mau membelikan makanan untuk anak-anaknya, di tengah jalan ia mendengar seseorang yang berkata, “Kasihanilah saya, karena Zat Allah dan kecintaan Rasulullah, wahai orang yang meminjam kekayaan Allah. Demi Allah, saya tak mempunyai apa-apa.”

Si fakir merasa iba mendengar keluhan orang itu. Ia tahu, bahwa di balik keluhannya itu, orang tersebut mengharapkan sesuatu. Maka dengan niat ikhlas ia memberikan uang dua dirham itu kepadanya.

Kini si fakir sudah tidak mempunyai uang lagi untuk membeli makanan. Ia merasa malu untuk kembali ke rumahnya dan takut kalau istrinya memarahinya. Karena itu ia tidak langsung pulang, melainkan pergi ke masjid. Di masjid ia sholat dan merenungi tindakannya sendiri. Menjelang malam hari ia pulang dan menemui istri serta anak-anaknya dengan tidak membawa apa-apa.

“Bagaimanakah hasil penjualan cadarku itu?” tegur istrinya kala melihat ia tidak membawa apa-apa. Si suami oun menceritakan apa yang telah ia lakukan, mulai dari menjual cadar, adanya pengemis serta apa yang diberikan padanya.

“Kamu berlagak seperti orang kaya dan raja agung saja! Ambillah goni ini dan jual ke pasar, hasilnya belikan makanan buat anak-anak kita.” Kata istrinya kesal.

Tanpa berpikir panjang lagi, si suami mengambil goni itu dan dijualnya di pasar. Tetapi kasihan, tak ada seorang pun yang mau membelinya. Hal ini membuatnya sangat berputus asa. Tiba-tiba, ada seorang penjual ikan menawarkan ikannya.

“Sahabat, barangku ini untuk kamu dan barangmu untuk aku.” tawar si fakir itu. Kemudian tanpa banyak bicara, tawaran itu diterima oleh si penjual ikan dengan senang hati. Setelah itu si fakir pulang ke rumahnya dengan membawa dua ikan dan bergegas menemui sang istri.

Tentu saja si istri menyambut kedatangan suaminya dengan gembira. Wajahnya tampak cerah setelah melihat dua ikan itu. Lalu ia bergegas membedah perut ikan tersebut untuk dibersihkan kemudian dimasak. Namun, ia terkaget dan bertambah senang kala melihat sesuatu di dalam perut kedua ikan itu, yang berisi barang simpanan berharga yang tak pernah ditemukan sebelumnya.

Kemudian barang berharga itu diambil oleh suaminya dan dibawa ke para pedagang di pasar. Semua orang yang melihatnya pasti mengatakan, “Barang ini bukan batu biasa, tapi batu permata yang sangat berharga.”

Akhirnya mereka saling menaikkan harga demi mendapatkan batu permata itu. Hingga akhirnya harganya mencapai empat puluh ribu dirham, maka batu permata itu berhasil dijual dengan harga tersebut.

Setelah menerima uang hasil penjualan barang berharga tersebut, ia mendatangi istri dan anak-anaknya di rumah kediaman mereka. Mereka pun menyambut kedatangannya dengan penuh kegembiraan atas kurnia itu, sehingga segala duka sirna seketika.

Di tengah kegembiraan itu, datanglah seorang pengemis berdiri di depan pintu. “Wahai hamba Allah! Berikanlah pemberian Allah itu kepadaku!” pinta si pengemis. Tanpa bicara lagi, si fakir bergegas keluar dari rumahnya, lalu berkata pada si pengemis, “Separuh dari harta pemberian Allah itu, buat keluargaku, dan separuhnya buat engkau.”

Sesudah berbicara ia masuk ke kamar untuk mengambil uangnya. Namun saat keluar lagi dan hendak menemui si pengemis, ia terkejut karena si pengemis sudah tidak ada di sana dan tak kembali.

Di tengah nyenyak tidur pada malam harinya, ia memimpikan si pengemis dan bertanya tentang kejadian yang dialaminya tadi. “Saya bukanlah pengemis.” jawab si pengemis itu. “Tetapi, saya adalah malaikat yang diutus Allah swt untuk mengetahui sampai di mana tingkat kesabaranmu dalam menghadapi segala cobaan. Saya juga akan menyampaikan kabar gembira untukmu, bahwa Allah swt telah menerima sedekahmu yang dua dirham itu, kemudian memberikan ganti dengan beberapa dirham dan menjanjikan pula di akhirat nanti, dengan apa yang tidak bisa dilihat dan dibayangkan dengan mata, dan didengar oleh telinga. Karena kamu telah bekerja dengan ikhlas demi Zat yang Mulia. Dia (Allah) tidak akan putus segala karunia-Nya.”


cerita ini barusan aq post dari : Kisah-Kisah Sejuta Hikmah, Syekh Syihabuddin Al-Qalyubi

bikin aku merinding dan kagum bacanya.. subhanallah .. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

coment here