♥rkavkavianty♥

assalamu alaikum

Senin, 08 Agustus 2011

Warm of Love

Di satu Universitas ternama di Kota Bandung, terdapat mahasiswi bernama Rheyna, biasa dipanggil Ina. Ina seorang mahasiswi yang tergolong berprestasi. Ia masuk universitas tersebut karena beasiswa dari sekolah SLTAnya di SMK Kesehatan di Kota Bandung. Kini ia sudah memasuki semester empat dalam studinya di universitas tersebut. Dalam kesehariannya, Ina dikenal cewek yang ramah dan supel.

Pada saat itu Ina telah mempunyai seorang kekasih bernama Ervan. Ia alumunus dari Universitas Indonesia di daerah ibukota Jakarta. Saat ini Ervan tengah bekerja di satu perusahaan di Surabaya. Menjalankan perintah dari atasannya untuk memegang projek disana. Awalnya Ina masih tidak bisa merelakan bahwa hubungannya harus LDR (Long Distance Relationship). Namun seiring berjalalnnya waktu, akhirnya lambat laun Ina terbiasa untuk menjalani hubungan itu dengan Ervan.

Pada pagi hari ‘kring..kring..kring..’ suara telepon di rumahnya bordering, ketika Ina hendak berangkat ke kampus. “selamat pagi..bisa saya bicara dengan sodari Rheyna?” suara lelaki menyapa dari kejauhan sana . “Ya, saya sendiri. Dengan siapa saya bicara?” jawab Ina.

“Saya dari panitia penyelenggaraan modeling Jawa Barat, ingin memberitahu, bahwa mbak terdaftar sebagai calon pemenang tahun ini, untuk itu kami mengundang mbak untuk datang nanti malam” jelas orang itu.

Mendengar penjelasan tersebut, Ina bingung, karna ia tak pernah mendaftarkan diri untuk audisi tersebut. “maaf, pak. Tapi saya tidak pernah merasa mendaftarkan diri ke acara itu, mungkin bapak salah orang.” Tangkas Ina.

“Tapi ini betul dengan sodari Rheyna Arnelita Putri, kan?” lelaki itu meyakinkan.

“ya, betul.. tapi saya tidak pernah punya hubungan dengan modeling atau apapun.” Jelas Ina ramah.

“Tapi kami tetap mengharapkan kedatangan mbak ke acara kami.. bagaimana mbak? Kami harap mbak berkesempatan untuk datang ke acara ini.. kalau mbak hendak datang, kami tunggu di Gedung Santosa, sebelah Lan-UD Husein Sastranegara pukul 8 . “

“Tapi pak..” belum selesei Ina menjelaskan, teleponnya sudah mati duluan..

Ina tak menghiraukan itu, ia langsung bergegas untuk pergi ke kampus.

Pada jam istirahat, setelah kelas paginya berakhir, Ina dengan sahabatnya Puspa menuju ke kantin. Seperti biasa, Ina memesan Nasi Goreng dan mocca dingin favoritnya.

“hey, kenapa sih diem aja kamu the, Na?” gebrak Puspa yang melihat Ina sedang melamun.

“gak apa-apa , Pha.. aku cuman lagi mikirin, orang yang telepon aku tadi pagi.” Jelas Ina sambil memulai menyantap nasi gorengnya sedikit-sedikit.

“dia siapa, Na?” tanya Puspa.

“gak tahu deh aku juga, katanya sih dari panitia modeling, mereka mengundang aku ke acara itu nanti malam. Padahal aku sama sekali enggak pernah mendaftarkan diri ke acara kayak gitu. Tiba-tiba aku jadi calon pemenang. “ jelas Ina sambil sedikit tersenyum karna masih terheran.

“ih awas lho, Na! ntar kamu dijadikan NII oleh mereka. Hehe” ledek Puspa pada Ina.

“Terus sekarang gimana, apa kamu mau datang ke acara itu? Kalo aku jadi kamu sih coba aja lah dulu, dari pada penasaran. Ya enggak?” tambah Puspa lagi sambil menyarankan Ina untuk datang ke acara itu.

“hmmm.. oke lah. Aku akan datang, dari pada aku penasaran. Tapi kamu mau temenin aku kan?” pinta Ina pada Puspa.

“hmm… gimana ya? Oke deh!”

Akhirnya malam itu Ina dan Puspa hendak datang ke acara itu, namun setelah mereka sampai disana, tak ada satu orangpun yang ada di gedung tersebut. Ketika Ina sedang memperhatikan di sekeliling gedung itu, tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang, sentak Ina kaget. Setelah ina membalikkan badannya, ternyata itu Ervan, kekasihnya yang ternyata pulang dari Surabaya ke Bandung tanpa sepengetahuan Ina. Ina sangat terharu dan balik memeluknya.

“I miss you like hell, dearl..” bisik Ervan pada Ina.

“I miss you too..” jawab Ina sambil tersenyum, karna Ervan memeluknya begitu erat.

Setelah itu mereka pergi ke Bukit Bintang Dago, sedangkan Puspa pulang karena ada urusan mendadak. Disanalah mereka (Ina dan Ervan) melepas kerinduannya satu sama lain.

Ke esokan harinya, Ervan menjemput Ina di rumahnya untuk menghadiri pernikahan Om dan Tantenya. Ervan begitu terpesona melihat Ina yang anggun dengan balutan gaun kebaya hijau daun. Ervan tak melepas pandangannya, matanya tajam melihat Ina. “kamu cantik banget..” kata Ervan memujinya sambil tersenyum kagum. Ina pun tersenyum dan menunduk karena tersipu malu.

Setelah itu mereka pergi, sesampainya disana, Ervan menemui rekan kerjanya di Surabaya yang kebetulan juga mendapat cuty. Dony namanya, ia sudah lumayan dekat dengan Ervan, maka dari itu Ervan mengundangnya. “Don, Doni!” teriak Ervan memanggilnya sambil melambai lambaikan tangannya, agar Doni menghampirinya.

“Hei, gue tadi hubungin lo, tapi enggak di angkat, lo lagi sibuk?” sahut Doni.

“Oh. Sorry, gue tadi lagi jemput cewek gue.” Jawab Ervan

“Oh. Cewek lo datang juga kesini? Mana, katanya lo mau kenalin sama gue. Gue pengen liat, mana sih bidadari yang suka lo certain sama gue?” tanya Doni sambil meledek temannya itu.

“Oke, bentar, Gue cari dia dulu. Lo tunggu sini, ok?” jawab ervan sambil meninggalkan Doni dan mencari Ina yang akan diperkenalkan kepada sahabatnya itu.

Doni menunggu Ervan, saat sedang melihat lihat di sekitar pesta, ia melihat seorang wanita dari kejauhan. “kayak kenal gue sama dia” bicara Doni dalam hatinya. Ia merasa mengenali wanita itu, seperti tidak asing dalam fikirnya. Namun ketika Doni sedang menatapnya, tiba-tiba datang seorang lelaki menghampiri wanita itu, “kayak si Ervan tuh cowok, gue samperin jangan ya?” bicara Doni pada dirinya sendiri. Tapi ketika Doni hendak menghampirinya, mereka pergi akhirnya Doni melanjutkan menikmati ice mocca yang sedang ia nikmati sambil menungu Ervan. Saat sedang menikmati minumannya, “Don, kenalin nih cewek gue, Rheyna.” Saat itu Doni hanya terdiam melihat wanita yang dibawa sahabatnya itu tidak lain teman satu SMP dengannya. Dan Ina adalah cewek yang selama ini Ia tunggu, setelah 8 tahun mereka tak bertemu, kini mereka kembali dipertemukan. Rheyna pun hanya menatap wajah Doni tanpa mengulurkan tangannya. Setelah beberapa saat, akhirnya mereka berkenalan di hadapan Ervan.

“Eh gue tinggal dulu ya. Kayaknya ada yang manggil gue tuh. Bentar ya!” kata Ervan sembari meninggalkan Doni dan Ina.

Doni dan Ina bercengkrama begitu dekat, seolah mereka sedang bernostalgia akan masa-masa sekolah dulu. “Kamu beda banget ya.” Kata Doni sambil tersenyum memandang Ina. “sebenarnya dari tadi aku udah liat kamu dari kejauhan, aku fikir siapa, ternyata kamu, enggak sangka deh bisa ketemu kamu disini.” Tambah Doni lagi yang sebenarnya masih menyukai Ina. Inapun juga sebenarnya memiliki perasaan yang sama. Ina dan Doni masih sama-sama ingat bagaimana kedekatan mereka dulu. Sejak perpisahan sekolah lah mereka tak ada komunikasi lagi. Semakin hari kedekatan mereka melampaui batas sekedar teman biasa. Namun sayangnya mereka tak sadar akan hal itu. Begitu pula dengan Ervan.

Hingga siang itu sepulang dari toko perhiasan, Ervan hendak membeli mawar merah untuk Ina, karena esok adalah hari ulang tahun Ina yang ke-19. Namun dengan tidak sengaja, cincin yang sudah ia beli sebelumnya, jatuh di toko bunga tersebut. Sayangnya Ervan tak menyadarinya. Saat Ervan hendak memarkirkan mobilnya, kakinya tak sengaja menyentuh satu kotak kecil, Ervan mengira itu kotak cincin miliknya, namun ternyata kotak kecil itu milik orang lain. Karena terburu-buru, Ervan mengambil cincin itu.

Malam hari tepat pukul 12.00 Ervan mengejutkan Ina yang sedang tertidur pulas, lalu ia menyanyikan lagu ulang tahun sambil membawa kue tart. Setelah itu diberikanlah kotak kecil dan bunga yang ia beli tadi siang. Ina tampak senang, karena sebelumnya Ia tak pernah mendapatkan surprice seperti ini.

Beberapa hari kemudian, Ervan dan Ina pergi ke bandara bermaksud untuk melepas kepergian Ervan kembali ke Surabaya karna ada tugas lanjutan dari pekerjaannya.

Sepulang dari bandara Ia bermaksud mampir ke rumah Puspa, namun sayang Puspa tak ada dirumahnya. Sedang berjalan meninggalkan rumah Puspa, tiba-tiba ada mobil mendekati Ina.

“Hay. Na..”

“hay!” sapa Ina lagi sambil memberikan senyum manisnya. Ternyata di dalam mobil itu Doni.

“masuk, Na!” ajak Doni kepada Ina. Dan Ina menerima ajakannya.

“Abis dari bandara ya? Koq lewat sini?” tanya Doni.

“iya, tapi barusan mampir ke rumah temen dulu. Tapi dia lagi gak ada di rumah. Oya. Ervan titip salam buat kamu.” Jawab Ina.

“ok. Salam balik. Jadi ga enak ga sempet anter dia ke bandara. Sepupu aku soalnya agak rewel, maklum lah.. terlalu deket sama pamannya, jadi gini.”

“trus sekarang kamu mau kemana? Ada acara gak sore ini?” tambah Doni.

“mau pulang. Kebetulan gak ada.” Jawab Ina.

“kalo gitu aku boleh gak ajak kamu jalan? Yah.. anggap aja ini permintaan maaf dari aku karna gak sempet anter Ervan ke bandara. Ok?” ajak Doni.

“hmm.. boleh.”

Akhirnya mereka pergi jalan sore itu. Mereka menuju suatu tempat dimana saat mereka masih duduk di bangku sekolah.

“masih inget tempat ini?” tanya Doni pada Ina.

Ina hanya menjawab dengan tersenyum dan mengangguk.

“masih inget gak dulu rok kamu robek karna nyangkut ranting-ranting pohon?” ledek Dony.

Namun Ina tertawa lepas, dan mereka bercanda bersama di atas puncak gunung.

Sedang bercanda, Doni melihat cincin yang Ina pakai. Dia sangat tajam melihat cincin itu.

“Ini pemberian Ervan, waktu aku ulang tahun kemarin.” Jelas Ina sambil memegang cincin yang ada dijarinya.

“Itu cincin…” seketika Doni enggan meneruskan penjelasannya.

“udah mulai sore nih. Kita pulang aja?” ajak Ina pada Doni.

Doni mengiyakan. Dan akhirnya mereka menuruni puncak. Saat hendak menuruni kaki gunung, Ina hamper terpeleset, dan cincinnya jatuh. Namun akhirnya cincin itu didapatkan kembali oleh Doni.

Doni mengulurkan tangannya, membantu Ina agar tidak terpeleset lagi. Namun di anak tangga kaki gunung, mereka beristirahat sejenak. Karna Ina yang masih lemas.

“kamu gak apa-apa kan? Luka kamu bisa diobatin pake ini untuk sementara.” Doni membalut luka di lengan Ina dengan daun.

“gak apa-apa, makasih ya, kamu selametin cincin aku,”kata Ina.

“aku pasti selametin cincin itu, benda itu lambang cinta aku sama kamu.” Cetus Doni kepada Ina.

“kenapa? Maaf aku gak ngerti apa yang kamu omongin tadi.”

Akhirnya Doni pun mengungkapkan sesuatu pada Ina.

“Na, cincin yang kamu pake, itu punya aku.”

“Aku gak ngerti, maksud kamu apa?” tanya Ina lantang.

“Aku beli cincin ini waktu kamu mau ulang tahun. Tapi saat itu aku berfikir, aku gak pantes kasih kamu hadiah ini, karna kamu pacar sahabat aku. Aku gak bisa seenaknya kasih benda seperti ini sama cewek yang udah punya pacar. Akhirnya aku buang cincin itu dari sana.” tunjuk Doni ke atas puncak gunung yang tadi mereka tempati.

“aku masih gak ngerti. Lagian gak mungkin cincin ini bisa ada di tangan Ervan!”

“aku juga gak ngerti, kenapa cincin yang waktu itu aku buang, malah ada di tangan kamu. Kalau kamu masih ragu, coba lihat di balik mata cincin itu, disana ada nama kamu.”jelas Doni meyakinkannya.

Ina memperhatikan cincin itu, dan benar saja, ada ukiran khusus didalamnya. Terukir namanya sendiri.

“jadi ini bener?...”

“Na, aku gak bermaksud untuk masuk ke kehidupan kalian berdua. Apalagi merusak hubungan kamu sama Ervan. Sumpah! Aku gak ada niat untuk itu. Tuhan yang bawa aku kesini untuk bertemu kamu. Dia bawa aku bertemu harapan aku. tapi aku gak tau, kenapa harapan aku itu adalah harapan yg sudah menjadi milik sahabat aku sendiri. Sebenarnya aku gak ingin kamu tau perasaan aku, tapi aku gak bisa bohong kalau udah di depan harapan aku sendiri. Liat mata aku, please, Na!” Doni mengangkat dagu Ina, agar Ina menatap matanya.

“udah saatnya kamu tau, perasaan aku, jangan buat aku memendam rasa ini lagi. Aku gak bisa..”

“Aku cinta sama kamu..” Bisik Doni. Namun Ina hanya menitikkan air mata. Tapi beberapa detik kemudian, Ina perlahan menatap kembali mata Doni.

“Aku rapuh, Don tatap mata kamu.” Kata Ina.

“Kenapa? “

Saat di tengah obrolan mereka, handphone Ina pun berbunyi. Dan ternyata itu suara adik Ervan yang memberitahukan bahwa Ervan kecelakaan. Pesawat yang ia tumpangi jatuh tergelincir.

“kenapa, Na?” tanya Doni.

“Ervan, Ervan kecelakaan.” Jawab Ina sambil menyucurkan air mata.

Doni menaruhkan kepala Ina ke pundaknya dan memeluk Ina dengan hangat. Mencoba sedikit melepaskan beban, agar Ina kuat atas berita itu. Beberapa saat, akhirnya mereka memutuskan pulang dan ke rumah sakit untuk melihat keadaan Ervan.

Ina hanya terdiam dan menitikan air mata melihat Ervan yang terbaring di ruang ICU.

Beberapa jam kemudian, dokter keluar dari ruang ICU. Memberitahu bahwa keadaan Ervan kritis. Karna benturan keras di kepalanya, dan banyak mengeluarkan darah.

Namun beberapa hari kemudian, Ervan mulai membaik, meski belum sadarkan diri.

Hingga sudah hampir setahun, Ina tetap setia menjaga dan merawat Ervan yang terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit.

Hingga suatu hari, Ayahnya Ervan berbicara pada Ina. Beliau membujuk Ina untuk meninggalkan Ervan, karna Ervan akan dibawa ke luar kota untuk pengobatan. Meski ayahnya Ervan sesungguhnya berat untuk memutuskan hubungan mereka, karna ia tau, Ina tak akan sanggup. Ina ingin tetap bersama Ervan dalam keadaan apapun. Namun tak ada jalan lain, akhirnya Ina lebih memilih kesehatan Ervan dibanding hubungan dengannya.

Satu tahun kepergian Ervan ke luar kota untuk pengobatan, dan memutuskan untuk putus, kemudian…. Doni melamar Ina, dan mereka akhirnya bertunangan..

1 komentar:

  1. jangan pada sedih sama endingnya ya temen2..
    jangan sedih kalo endingnya ga seruuuu. huuu :(

    BalasHapus

coment here